Deer Diary : How people see you

#2DeerDiary : How people see you?

written by FiolaCindy and poster by poudrerie at Cafe Poster

Oh, hai. Bertemu lagi denganku, rusa tampan Beijing. Ahaha bagaimana kabarmu, huh? Apakah kau tidur nyenyak, makanmu enak? Baiklah, mungkin aku terlalu basa basi di sini.

Aku melihat stasiun tv KBS pekan lalu. Kudengar ada serial drama senin-selasa baru, I Remember You dan tebak siapa yang bermain di sana? Tepat! Do kyungsoo, ibu dari EXO. Aku masih ingat jelas tentang dirinya. Mari kuperkenalkan kau lebih dekat denganya. Ia berlagak sebagai seorang ibu dalam EXO. Selain Xiumin hyung, dia yang selalu merawat kami, menjaga kesehatan kami, memasak sarapan untuk kami. Dia benar-benar perwujudan ibu bagi kami. Dialah yang paling perhatian terhadap kami, member. Jika saja kau diberi kesempatan untuk memilih seorang ‘oppa’, Kyungsoo adalah tipe paling ideal untukmu. Trust me, he will take care of you.

Mari kembali pada drama senin-selasa itu. Kyungsoo mendapati peranya sebagai seorang tahanan yang yah bisa dibilang psikopat. Aku melihat aktingnya dan dia benar-benar menghayati peranya –sebagai seorang psikopat –berbeda dengan aslinya tentu. Beberapa dialognya yang sempat aku kutip :

“Seorang gadis cantik tumbuh cantik karena orang-orang menyebutnya cantik, seorang bocah bodoh tumbuh bodoh karena orang-orang mengatainya bodoh dan seorang monster tumbuh sebagai moster karena orang-orang yang menganggapnya monster. Jadi bagaimana ayahmu melihatmu? Seekor binatang?”

Jadi bagaimana orang-orang sekitarmu melihatmu? Bagaimana mereka menyebutmu?

Entah apa pendapat orang-orang tentangku. Beberapa fans menyebutku rusa cantik Beijing yang datang ke Korea tumbuh menjadi bintang besar. Namun beberapa hanya menyebutku laki-laki banci yang pergi meninggalkan team tanpa alasan yang jelas. Juga ada yang menyebutku sebagai underdog, loser, pecundang besar.

Mungkin mereka benar.

Yup, mereka semua benar. Di balik ketenaranku, aku hanyalah seorang pecundang. Pecundang yang tidak dapat mempertahankan temanya, pecundang yang tidak dapat bertahan demi orang yang ia sayang, pecundang yang malah menyerah daripada menghadapi ketika masalah datang, pecundang yang pergi meninggalkan semuanya yang telah dibangun bersama-sama.

Kini aku hanya dapat terus memandang ke belakang, ke tempat di mana memori-memori indah itu terus mengiang dalam kepalaku. Jujur, hatiku mengatakan untuk kembali, namun pikiranku terus meyakinkanku untuk menempuh karir yang kini kujalani. Jika aku bisa, aku benar-benar ingin.

Mungkin sekian untuk hari ini, aku tidak mau membuat tetesan air mata ini kian merembes pada lembaran rapuh buku ini.

Beijing, 28 Juni 2015